yuszai57
Awan sedikit mendung, ketika kaki-kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.
Baju merahnya yg kebesaran melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang ais krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkam ikatan sabuk celana ayahnya.
Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk di atas sebelah nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915:20- 01-1965"
"Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdoa untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdoa untuk neneknya...
"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya ayah." Ayahnya mengangguk sambil tersenyum, sambil memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, bererti nenek sudah meninggal 42 tahun ya ayah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ...
" Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana.
Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"
"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya ayah", jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala satu-satu anaknya. "Memangnya kenapa nak ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah kan semalam bilang, bahawa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan diseksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
"Iya kan ayah?
" Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, bererti nenek sudah diseksa 42 tahun ya ayah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, bererti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya kan ayah?" mata Yani berbinar kerana bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ..... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.
Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun diseksa .. atau bahagia dikubur .... lalu dia menunduk ... menitiskan air mata...
Kalau ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan diseksa 1000 tahun?
Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un . Air matanya semakin banyak menitis, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan diseksa di kubur.
Lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli masa ditelevision kelmarin ia sudah tak tahan?
Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya terangkat, ke atas bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri janggutnya

Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas katil. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, bertapa sang bapak sangat berterima kasih padanya kerana telah menyedarkannya erti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...

"Ya Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."
0 Responses

Post a Comment